Text
Fatimah : a play in 8 acts
Buku ini disajikan ke dalam dua bahasa Inggris dan Indonesia.
Di kalangan Arab di Hindia Belanda pada tahun 1930-an, drama dipentaskan tidak hanya untuk menghibur tetapi juga untuk mendidik dan memajukan emansipasi minoritas Arab yang berorientasi pada tradisi. Drama-drama ini ditulis oleh para nasionalis muda keturunan Arab yang lahir di Hindia Belanda dan tidak lagi mengidentifikasi diri dengan dunia Arab. Para penulis drama ingin menekankan bahwa masa depan komunitas mereka terletak pada Indonesia yang merdeka. Beberapa drama diterima dengan baik, yang lain menimbulkan protes. Fatimah adalah salah satu drama yang menimbulkan kegaduhan. Drama itu menjadi tamparan di wajah para anggota komunitas pedagang Arab, menantang posisi mereka yang mengakar tetapi stagnan dalam masyarakat dan menyerang ide serta praktik yang sudah ketinggalan zaman.
Dengan pengantarnya yang mendalam oleh Huub de Jonge, drama ini, yang merupakan seruan untuk memajukan hak-hak perempuan, juga membahas tentang identitas agama versus identitas nasional, sebuah subjek yang bahkan lebih hangat di Indonesia saat ini.
In Arab circles in the Dutch East Indies in the 1930s, plays were staged not only to entertain but also to educate and to further the emancipation of the traditionally-oriented Arab minority. These plays were written by young nationalists of Arab descent who had been born in the Indies and no longger identified with the Arab world. The playwrights wanted to emphasize that their community's future lay in an independent Indonesia. Some plays were well receiced, other evoked protests. Fatimah was one of the plays which stirred up commotion. The play came as a slap in the face to members of the Arab trade community, challenging their entrenched but stagnant position in society and attacking outdated ideas an practices.
with its insightful introduction by Huub de Jonge, this play, which was a call for the advancement of women's rights, is just as much about religious versus national identity, a subject that is even more topical in Indonesia today.
No other version available
